Selasa, 30 November 2010

Pengaruh Ekonomi Akibat Bencana MERAPI




Padap Penulisan kali ini saya akan membahas tentang pengaruh Ekonomi yang terjadi akibat bencana Letusan GUNUNG MERAPI.

Letusan Gunung Merapi secara langsung membawa kerugian ekonomi bagi warga yang tinggal di sekitar Merapi, seperti Magelang dan Boyolali serta Klaten di Jawa Tengah dan Sleman serta Jogja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kerugian ditaksir hingga belasan triliun rupiah dari sektor pariwisata dan pertanian.

Dampak letusan Merapi terhadap perekonomian di daerah sekitar Gunung Merapi, hingga kini masih sangat terasa. Aktivitas pasar tradisional terpantau masih sepi pembeli sejak Merapi meletus hebat 26 Oktober silam.

Di Pasar Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, misalnya. Pasar yang biasanya ramai oleh aktivitas jual-beli, kini, sepi. Para pedagang maupun warga lain masih berada di barak pengungsian. Hanya ada beberapa toko yang buka. Itu pun tidak maksimal karena stok barang terbatas dan distribusi sembako ke wilayah itu masih tersendat.

Perbankan sebagai penyangga perekonomian juga belum pulih sepenuhnya. Beberapa bank seperti BRI, Bank Pasar, dan BPR Kecamatan Srumbung belum pulih.

Di Cepogo, Boyolali, aktivitas ekonomi juga masih belum berjalan. Pasar Selo dan Musuk di Cepogo, sempat ditutup selama 10 hari saat Merapi ber-erupsi. Meski telah dibuka kembali, pedagang dan pembeli tidak seramai sebelum Merapi meletus. Padahal, Pasar Cepogo adalah salah satu sentra pasar yang mengirimkan banyak komoditi, terutama sayur-sayuran ke berbagai daerah, seperti Klaten dan Magelang.

Dampak ekonomi yang ditimbulkan letusan Merapi ditaksir mencapai belasan triliun rupiah. Kerugian dari sektor pariwisata dan pertanian di 3 kabupaten saja mencapai total Rp13,3 triliun lebih. Tiga kabupaten yang mengalami dampak besar letusan Merapi adalah Kabupaten Magelang, Sleman dan Boyolali.

Sektor pariwisata terpukul akibat sejumlah tujuan wisata lumpuh tertutup debu vulkanik. Demikian pula dengan sektor pertanian, dimana banyak lahan pertanian yang hancur akibat awan panas dan debu vulkanik.





Erupsi gunung Merapi di Yogyakarta menimbulkan kerugian tak hanya korban nyawa tapi juga kerugian materiil.

Dalam laporan data dan analisa Bank Indonesia (BI) yang diterima Tribunnews.com, Senin (5/11/2010), malam disebutkan kerugian itu di antaranya menyebabkan tingkat hunian hotel turun 70 persen, 900 UMKM tutup, ribuan ternak warga mati, serta dampak lainnya kenaikan harga kebutuhan pokok di sekitar Yogyakarta.

Perkiraan kerugian materiil langsung maupun tidak langsung cukup besar, yaitu sebagai berikut, Sektor Pertanian; Sub sektor tanaman holtikultura semusim, perkebunan salak, perikanan, dan peternakan terganggu dengan prakiraan total kerugian mencapai Rp 247 miliar, terutama pada salak pondoh yang rugi Rp 200 miliar.

Terdapat sekitar 900 UMKM di Sleman, dari 2.500 UMKM, untuk sementara berhenti total. Kebanyakan usahannya adalah peternakan, holtikultura, dan kerajinan.

Sejumlah 1.548 ekor ternak Mati. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, menginformasikan pada Kamis (11/11/10), jumlah ternak yang mati akibat erupsi merapi mencapai 1.548 ekor. Dari jumlah itu, sapi perah yang mati mencapai 1.221 ekor, sapi potong 147 ekor, kambing atau domba 180 ekor.

Sementara selebihnya, kebanyakan ditampung di Tirtomartani, Kecamatan Kalasan dan Wedomartani, Kec Ngemplak. Di sektor Perikanan diperkirakan cukup besar, yaitu sekitar 1.272 ton.

Sektor Transportasi, yakni transportasi udara; penutupan Bandara Adisucipto sampai 15 November 2010 menyebabkan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang pesawat turun.

Terdapat 23 penerbangan domestik dan 3 penerbangan internasional perhari terhenti atau diperkirakan terdapat pengurangan jumlah penumpang sekitar 58.300 penumpang selama 11 hari (per hari rerata 5.300 penumpang).

Setelah bandara dibukapun diperkirakan penerbangan masih belum optimal.
Sementara untuk transportasi darat; transpotasi darat terpukul karena jumlah kunjungan wisatawan turun drastis. Rental mobil yang biasanya ramai mengalami pukulan cukup berat.

Sementara, Sektor Perhotelan; kunjungan wisatawan berkurang ataupun sebagian menunda banyak event yang semula akan dilaksanakan di Yogyakarta banyak yang dialihkan pelaksanaannya, tingkat hunian hotel turun 70%. Hal ini memberikan dampak pada penurunan penjulan produk kerajinan, usaha kuliner, usaha transportasi turun, dan sebagainya.

Sektor Jasa; lebih terkait dengan penurun kinerja di sektor perhotelan.
Sementara, Sektor Konstruksi: terdapat 2.271 rumah rusak

Persentase jumlah kredit perbankan DIY yang diberikan kepada debitur yang berpotensi terkena dampak bencana alam dibanding total kredit (total kredit DIY Rp 13,505 triliun). Total kredit di Sleman sendiri adalah Rp 4.486 triliun.

Jumlah kredit perbankan DIY yang berpotensi terkena dampak bencana (di Sleman) berjumlah Rp 81.962 miliar dengan rincian (di luar BRI dan BCA)

Nama Bank Umum/BPR yang beroperasi di wilayah kerja yg terkena bencana serta jumlah dan status kantor bank tersebut. Sampai saat ini data Bank yang terkena bencana masih "nihil".



sumber :
http://www.tribunnews.com/
http://metrotvnews.com/ekonomi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar