Selasa, 25 Januari 2011

Artikel Bisnis Dalam Bidang TI

Menjadi Reseller Produk Barang dan Jasa dari Vendor Luar Negeri

Bisnis IT (information technology) di Indonesia sering dianggap jalan di tempat bahkan diramalkan akan mati karena dilindas para pemain manca-negara yang berekspansi ke negeri ini.

Apakah memang benar sedang dan bisa terjadi seperti itu?

Bagi saya yang berkarier dan berbisnis di bidang tersebut hal tersebut terlalu mengada-ada. Memang benar bahwa di bidang IT banyak perusahaan yang bubar maupun jalan di tempat. Tetapi sebenarnya banyak juga perusahaan yang bisa tetap bertahan bahkan berkembang di bidang ini.

Sebenarnya apa yang menyebabkan sebagian pebisnis IT jalan di tempat bahkan mati usahanya tetapi sebagian lainnya bisa tetap bertahan bahkan mengembangkan dirinya?

Secara mendasar, bisnis IT memiliki karakteristik yang sama dengan bidang usaha lainnya. Standar perencanaan, strategi dan manajemen bisnis di bidang IT menggunakan kaidah yang digunakan oleh prinsip bisnis secara umum.

Perbedaan karakteristik lebih disebabkan masih mudanya usia disiplin IT itu sendiri dibandingkan dengan disiplin lainnya.

Perdagangan eceran sudah berkembang selama ribuan tahun. Jika pun ingin membandingkan dengan bisnis teknologi dan rekayasa, industri rekayasa seperti logam sudah berkembang sejak berabad lampau.

Sedangkan IT sendiri baru mulai berkembang bisnisnya di era tahun 50-an. Belum ada seabad usia pengembangannya.

Selain itu percepatan metodologi dan konsep yang diterapkan dalam bisnis inipun membuat kompetisi sedemikian cepat dan mampu menggerus para pelaku yang lamban dalam mengembangkan temuan dan kreasi baru yang bermanfaat secara luas di masyarakat.

Kesadaran mengenai hal tersebut kebanyakan kurang dipahami maupun diantisipasi oleh para pelaku bisnis IT. Tetapi kondisi tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi di lingkungan usaha negeri ini saja, di negara-negara yang bisa disebut sebagai pelopor bisnis IT pun mengalami hal yang relatif sama.

Namun di negara-negara tersebut bermunculan raksasa-raksasa bisnis IT yang secara langsung maupun tidak mengangkat posisi negaranya, baik secara ekonomi, sosial maupun politik.

Sehingga terlihat bahwa peran pemerintah memiliki posisi strategis dalam mengembangkan bisnis IT lokal negerinya.

Sayangnya posisi strategis pemerintah di negeri ini masih belum memberikan kontribusi yang cukup terasa dalam mengembangkan bisnis IT lokal.

Padahal sejak tahun 1992, Departemen Dalam Negeri sudah mengembangkan KPDE (Kantor Pengolahan Data Elektronik) yang harus dimiliki oleh setiap Pemda di Indonesia.

Sayangnya, KPDE hingga saat ini lebih berperan sebagai pemusatan proyek-proyek IT dibandingkan dengan kepentingan sebagai stimulus pengembangan pemanfaatan IT, apalagi hingga mendorong bisnis IT di daerah.

Bandingkan dengan India yang akselerasi pengembangan bisnis IT-nya didukung oleh pemerintahnya. Bahkan hingga ke rumah-rumah di pedesaan pun diisi oleh anak-anak yang menjadi tenaga outsourcing proyek-proyek IT!

Atau Vietnam yang sejak tahun 2000 sudah mencanangkan program pengiriman tenaga kerja domestik ke luar negeri sebanyak 10 ribu orang per tahun di bidang IT! Padahal hingga sekarang pemerintah negeri ini masih kelabakan mengurus pengiriman tenaga buruh ke luar negeri.

Berkembangnya open source software merupakan kesempatan emas bagi para pelaku bisnis IT negeri ini bahkan bagi pemerintah sendiri dalam meningkatkan akselerasi bisnis di bidang IT.

Sudah banyak contoh yang diberikan oleh negara-negara maju dan berkembang lainnya bahwa open source software memberikan rangsangan yang efektif dalam mendorong berkembangnya bisnis IT di negara mereka.

Jerman, China dan India adalah contoh sukses penerapan open source software sehingga mampu memberikan kontribusi secara ekonomi, sosial dan politik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Di sisi lain, para pelaku bisnis pun janganlah cengeng dan terus-menerus menyalahkan pemerintahan kita yang tidak terlalu peduli dan mendukung aktivitas bisnis IT.

Menjadi reseller produk barang dan jasa dari vendor luar negeri memang bisa menjadi titik awal dalam mengembangkan bisnis IT.

Lakukan proses ATM (amati, tiru dan modifikasi) secara cerdas. Jangan malu melakukannya karena Jepang pun pernah melakukan hal yang sama pada saat memulai bisnis teknologinya hingga mampu merajai pasaran dan memimpin inovasinya.

Buatlah sistem prosedur produksi dan pelayanan yang baik dan terukur supaya dapat dievaluasi secara berkelanjutan sehingga memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bisnis IT Anda.

Berpikirlah jauh ke depan, jangan hanya sekedar melakukan bisnis dengan sistem kejar setoran. Lakukan investasi di bidang riset dan pengembangan sehingga perusahaan mampu berkembang dan bersaing secara terbuka dengan perusahaan lain.

Janganlah ragu untuk bekerja sama dan bersinergi dengan perusahaan lain, baik yang bergerak di bidang IT maupun tidak karena hal tersebut akan meningkatkan citra usaha Anda.

Hindari jebakan personal branding dengan lebih mengedepankan corporate/product branding karena masyarakat lebih memerlukan produk kita daripada personalisasi diri kita. Bukankah kita lebih mengenal Microsoft terlebih dahulu sebelum mengetahui bahwa Bill Gates adalah pemilik perusahaan software komputer terbesar di dunia tersebut?

Jika Google, Amazon dan Alibaba saja mampu menjadi contoh suksesnya bisnis IT bermodal dengkul, mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama?

Hanya tinggal melakukan pengamatan yang menyeluruh sehingga dapat memperoleh inspirasi bagaimana resep sukses mereka.

Kemudian hasil pengamatan itu kita tiru dan sesuaikan dengan kondisi pasar negeri ini hingga mampu mendorong permintaan yang berkelanjutan atas produk usaha IT yang ditawarkan.

Sumber :

http://www.setiabudi.name/archives/397

Tidak ada komentar:

Posting Komentar